Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2011

Bulan Salah Tempat (atau: Seberapa Penting Detail Faktual dalam Sastra?)

Gambar
Bahan diskusi ringan yang saya bawakan untuk Diskusi Sabtuan di Cak Tarno Institute, Stasiun UI Depok, sekitar Juni 2006. Rupanya bukan Sitor Situmorang saja yang pernah salah menulis soal bulan. Kita tentu ingat puisi satu barisnya MALAM LEBARAN Bulan di atas kuburan yang banyak menimbulkan debat "ilmiah": Mana ada bulan di malam lebaran? Penyair Inggris Samuel Taylor Coleridge (1772-1834) malah lebih parah lagi. Dalam puisinya yang terkenal "Rime of the Ancient Mariner" dia menulis: Till clomb above the eastern bar The hornèd moon, with one bright star Within its nether tip. (Hingga mendaki ke atas ambang sungai timur Bulan sabit, dengan satu bintang cerlang Di antara kedua runcingnya.) Padahal bintang tidak mungkin terlihat di antara kedua runcing bulan sabit! Karena letaknya lebih jauh dari bulan, maka sisi gelap bulan pasti menutupinya dari pandangan kita di bumi.(1) Ada lagi Edgar Allan Poe dalam cerpen "Descent to the Maelstrom". 'Maelstrom...

Pujian untuk Membaca dan Karya Fiksi: Pidato Penerimaan Hadiah Nobel Sastra 2010, oleh Mario Vargas Llosa

Gambar
“Elogio de la lectura y la ficción,” Mario Vargas Llosa.  Disampaikan sebagai pidato penerimaan Hadiah Nobel Sastra 2010 di hadapan Akademi Swedia, Stockholm, 7 Desember 2010. Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Ronny Agustinus. Saya belajar membaca pada umur lima tahun, di kelas Bruder Justiniano di Colegio de la Salle, Cochabamba (Bolivia). Ini hal terpenting yang pernah berlangsung dalam hidup saya. Hampir tujuh puluh tahun sesudahnya saya masih ingat jelas kegaibannya, menerjemahkan kata-kata dalam buku menjadi imaji-imaji, memperkaya hidup saya, mendobrak sekat-sekat ruang dan waktu dan memungkinkan saya berkelana bersama Kapten Nemo dua puluh ribu mil ke dasar laut, bertarung bersama d’Artagnan, Athos, Portos, dan Aramis melawan intrik-intrik yang mengancam Ratu pada zaman Richelieu yang culas, atau berjalan terseret-seret di bawah tanah Paris, berubah menjadi Jean Valjean, membopong badan lembam Marius di punggung. Membaca mengubah mimpi menjadi hidup dan hidup menjad mim...